Sabtu, 30 Juli 2011

Pengenalan huruf-huruf rune kuno

       I. Step One: Introduction About Ancient Rune
Rune Kuno adalah suatu studi mengenai huruf-huruf atau simbol-simbol rune. Rune sendiri adalah alfabet Jerman kuno (yang bagi beberapa orang mirip tulisan paku) yang digunakan di Eropa Utara, Skandinavia, Kepulauan Britania, serta Islandia sejak tahun 100 B.C.E. hingga 1600 C.E.
Huruf/simbol rune ini memiliki kaitan erat dengan kepercayaan masyarakat kuno, dimana mereka mempercayai bahwa setiap dewa memiliki kekuasaan dan tugas yang dialirkan ke batu-batu rune, sehingga memiliki kekuatan magis bagi penggunanya. Karena itu, selain untuk menulis, rune juga digunakan dalam sihir dan ramalan. Kata ramalan (divination) sesungguhnya tidak tepat, sebab apa yang disebut dengan runecasting itu tidaklah benar-benar memperlihatkan pada kita masa depan sesungguhnya, melainkan hanya memberi gambaran dan petunjuk (oracle, red.). Mengenai sihir dengan menggunakan Rune, ada beberapa bentuk, di antaranya sihir menggunakan bind-runes dan runic scripts. Penulis tidak akan menjelaskan tentang ini lebih lanjut, sebab penulis sendiri belum mempelajari masalah sihir menggunakan rune yang kuno itu.
Ada banyak variasi alphabet rune atau lebih dikenal dengan nama ’futhark’. Setiap versi memiliki nama, bentuk, arti, dan makna esoterik (hanya dimengerti orang-orang tertentu saja), dan kekuatan magis. Satu variasi tidak bisa sembarangan digabungkan dengan variasi yang lain, karena artinya bisa sangat membingungkan. Adapun tiga jenis alfabet rune yang paling dikenal oleh dunia modern adalah Elder Futhark atau Old Germanic Rune yang memiliki 24 rune dan merupakan rune tertua, Younger Futhark yang memiliki lebih sedikit rune dan umumnya digunakan di Skandinavia, serta Anglo-Saxon Futhorc yang merupakan pengembangan dari alfabet rune sebelumnya. 

 II. Step Two: Elder Futhark, The Most Ancient Rune
Elder Futhark atau Old Germanic Rune, merupakan versi tertua dari alfabet rune. Termasuk ke dalam rumpun bahasa Proto-Germanic, Proto-Norse, Gothic, serta Alamannic, futhark ini diturunkan dari alfabet Italia lama, serta digunakan oleh bangsa-bangsa Germanic pada abad ke-2 hingga ke-8 sebagai ukiran pada artifak dan batu rune.
Selama beberapa abad, Elder Futhark merupakan abjad rune yang paling umum digunakan di Eropa Utara, meski lama-kelamaan, terutama di Skandinavia, abjad rune yang satu ini mengalami perubahan menjadi Younger Futhark yang jumlah simbolnya lebih sedikit, sementara bangsa Anglo-Saxon dan Frisian mengembangkannya menjadi Anglo-Saxon Futhorc. Sejak itu, pengetahuan tentang bagaimana membaca suatu teks dengan alfabet Elder Futhark dan segala sesuatu yang berhubungan dengan rune tersebut mulai terlupakan.
Kata ‘Futhark’ sendiri berasal dari inisial-inisial nama enam huruf/simbol pertama abjad rune ini. Elder Futhark, seperti yang telah kita ketahui, memiliki dua puluh empat simbol. Simbol-simbol itu kemudian terbagi menjadi tiga grup berisi delapan simbol rune yang disebut Aett (Aettir dalam bentuk jamak), yang akan dijelaskan di bawah.

III. Step Three: Knowing A Little More About The Three
Seperti yang dikatakan sebelumnya, Elder Futhark terbagi dalam tiga buah Aettir. Aett (bentuk tunggal dari Aettir) berarti delapan dalam bahasa Norse Lama, dan dalam Elder Futhark, Aett berarti sebuah grup yang berisi delapan simbol rune. Aettir ini digunakan untuk memudahkan mengingat urutan simbol rune, dan juga memiliki kegunaan yang signifikan dalam hal-hal magis. Ketika berhubungan dengan penggunaan rune dalam ramalan (atau lebih tepatnya, runecasting), Aettir sering diasosiasikan dengan dewa tertentu. Adapun Aettir yang kita kenal adalah Freyja’s Aett, Hagal’s Aett dan Tyr’s Aett.
Aett pertama adalah Freyja’s Aett, yang sesuai namanya, bernaung pada Dewi Kematian, Cinta dan Magis bangsa Norse: Freyja. Aett ini dihubungkan dengan penciptaan dunia, ras-ras yang mendiaminya, serta para dewa-dewi-nya. Rune dalam Aett ini memiliki pengaruh untuk membuat segala sesuatunya dimulai. Dalam runecasting, rune-rune dalam Freyja’s Aett mengekspresikan prinsip-prinsip dasar kehidupan, seperti uang, kesehatan, konflik, kecerdasan, control, pengetahuan, keseimbangan dan kesenangan—hal-hal praktis. Ia juga banyak digunakan dalam pertanyaan mengenai cinta atau keluarga, sesuai dengan pemilik Aett ini, Freyja.
Aett kedua adalah Hagal’s Aett. Ada perbedaan pendapat mengenai siapa ’pemilik’ Aett kedua ini. Ada yang mengatakan bahwa Aett ini dinaungi oleh Hel, Dewi Kematian dan Underworld, sesuai dengan kenyataan bahwa dua rune pertama dalam Aett ini memiliki sifat alami yang sedikit ’keras’. Sebagian lain mengatakan bahwa Aett ini dimiliki oleh Heimdall, The Watcher. Bagaimanapun, ada satu kesepahaman bahwa Aett ini berkorespondensi dengan kekuatan di luar pengaruh manusia dan dengan pengertian secara kosmis. Rune-rune dalam Hagal’s Aett merepresentasikan kekuatan-kekuatan seperti Norns, waktu, Wyrd, dan pengembangan spiritual. Ia juga berelasi dengan permasalah emosional dan kondisi psikologis suatu individu.
Aett terakhir adalah Tyr’s Aett, yang bernaung di bawah sang Dewa Perang dan Keadilan, Tyr. Aett ini diasosiasikan dengan pengalaman-pengalaman yang membentuk atau mengubah kehidupan manusia. Ia berkaitan dengan kondisi manusia, aspek sosial, dan transformasi sosial. Aett terakhir ini jelas ‘melebihi’ dua Aett sebelumnya, di mana ia berhubungan erat dengan relasi antar umat manusia selain juga berhubungan dengan kehidupan seksual. Aett pertama memiliki kaitan erat dengan dunia luar/materi, Aett kedua berhubungan dengan inner world atau dunia spiritual, sementara Aett ketiga memadukan kedua dunia tersebut dan kebanyakan rune pada Aett ini memiliki arti ganda yang meliputi kedua aspek tersebut.

IV. Step Four: A Deeper View of Hagal’s Aett
Setiap simbol rune memiliki arti dan makna secara magis. Pertama-tama, kita memiliki nama sebuah simbol, kemudian nilai fonetisnya, lalu hal yang dilambangkan rune tersebut dan pada akhirnya, makna esoterik dari simbol rune tersebut digunakan dalam apa yang kita sebut sebagai runecasting. Jika sebuah rune terbalik, dalam artian simbolnya masih terlihat, hanya saja terputar 180 derajat, ia memiliki arti dan makna yang berbeda dari rune yang jatuh tegak. Beberapa Rune terlihat sama ketika jatuh tegak atau terbalik, namun sama seperti simbol-simbol Rune lain yang terlihat berbeda ketika jatuh terbalik, mereka dapat jatuh secara merkstave (secara harfiah berarti ’ranting gelap’). Ketika jatuh terbalik atau merkstave (tertelungkup), sebuah rune memiliki arti yang berbeda dari ketika ia jatuh tegak. Bagaimanapun, arti dan makna dari rune yang jatuh secara terbalik atau merkstave tidaklah selalu merupakan kebalikan atau lawan dari arti dan maknanya ketika jatuh tegak. Mereka umumnya justru memiliki konotasi yang lebih negatif daripada arti dan makna rune yang jatuh tegak.
Hagal’s Aett, seperti yang telah dibahas sebelumnya, adalah Aett yang berhubungan dengan kondisi psikologis dan emosional dari suatu individu. Kedelapan huruf di dalamnya pun berkorespondensi dengan kekuatan di luar pengaruh manusia dan dengan pengertian secara kosmis. Rune-rune dalam Hagal’s Aett merepresentasikan kekuatan-kekuatan seperti Norns, waktu, Wyrd, dan pengembangan spiritual. Singkat kata, Aett ini adalah Aett pengembangan akan kesadaran spiritual dan magis, pertumbuhan psikologis dan evolusi diri.
Selain memiliki inti arti yang sama secara umum, kedelapan simbol dalam Hagal’s Aett juga memiliki arti dan makna spesifik yang berbeda-beda. Makna masing-masing rune sendiri berkaitan erat dengan lambangnya, di mana satu simbol rune melambangkan satu arti, dan kemudian menghasilkan beberapa makna esoterik yang didasarkan pada kepercayaan dan asosiasi lambang tersebut terhadap sesuatu hal


V. Step Five: Conclusion About Rune Symbol/Meaning and Divinatory Meaning’s Relationship
Setiap rune, seperti yang telah kita lihat sebelumnya, memiliki lambang serta arti dan makna esoterik yang umumnya bermacam-macam. Bagaimanapun, lambang serta arti dan makna dari sebuah rune berhubungan satu sama lain. Ketika satu buah rune melambangkan satu hal, maka artinya secara magis/psikologis akan memiliki korelasi kuat dengan apa yang dilambangkannya. Sebagai contoh, Hagalaz yang memiliki lambang hujan es dimaknai sebagai kekuatan alam yang destruktif, sebab hujan es memang memiliki kekuatan yang merusak, dan Sowilo dengan lambang matahari diartikan sebagai panduan atau petunjuk, sebab di zaman purba, manusia menggunakan matahari serta bintang-bintang sebagai petunjuk. Penyebab adanya korelasi antara lambang, arti dan makna rune ini sendiri adalah pengalaman dan kepercayaan manusia-manusia zaman dahulu akan suatu hal/benda tertentu.
Ketika sebuah rune terbalik atau bahkan merkstave, artinya pun berbeda. Umumnya tidak berlawanan, namun merupakan sisi negatif dari maknanya apabila jatuh tegak. Makna secara terbalik atau merkstave ini pun menggambarkan sisi negatif dari lambang rune tersebut, atau hal negatif yang akan terjadi jika sesuatu itu tidak ada atau justru berlebihan.

Berikut ini petunjuk menulis Rune yang baik dan benar:

1. Pikirkan bagaimana kau melafalkan suatu kata. Apa huruf yang dibunyikan, dan apa yang tidak.
2. Tak ada huruf ganda. Huruf ganda ditulis sebagai satu huruf. Jika ada dua huruf yang sama berurutan, maka bisa dipastikan itu adalah huruf awal kata berikut.
3. Huruf yang tak disuarakan tak boleh ditulis. Lewati saja dia.
4. Tak ada spasi maupun tanda baca.
5. Hati-hati dengan diftong. Diftong yang Rune ekivalennya ada dalam tabel, harus kalian tulis menggunakan Rune tersebut. Jika tak ada ekivalennya, ada beberapa pilihan: menulis dengan dua Rune yang membentuk bunyi diftong itu, atau menulis dengan Rune yang bunyinya paling mendekati. Sedikit pengecualian: CH ditulis dengan Rune Kenaz-Jera.

Untuk membaca Rune atau mentranskrip-nya kembali dalam tulisan Latin, prinsip dasarnya sama saja dengan menulis Rune, namun dibalik.

sumber : http://babbybathancientrune.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar